Diklat Merden adalah salah satu Diklat sepakbola terbaik di Indonesia yang berasal dari Banjarnegara. Diklat Merden sangat di minati oleh para orang tua karena sistem pendidikan dan latihan yang diterapkannya berbeda dari kebanyakan akademi atau SSB yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, keberadaan Diklat Merden cukup di kenal oleh para orang tua, para pecinta sepakbola usia dini di seluruh Indonesia, dari pulau Jawa, Sumatera hingga Papua. Banyak orang tua yang rela menyekolahkan anaknya ke Diklat Merden meski harus berjauhan untuk beberapa lama, semua itu demi kematangan skill sepakbola, mental, kepribadian dan kedalaman agama anaknya.
Mereka merasa beruntung dan bahagia bisa menyekolahkan anaknya di Diklat Merden Indonesia. Rasa syukur, bahagia dan terimakasih itu sempat disampaikan oleh beberapa orang tua yang beberapa waktu lalu sengaja berkunjung ke Diklat Merden untuk menengok anaknya.
Jatmiko, orang tua wali dari Muhammad Hadid Baihaqi(2007) asal Indramayu menceritakan awal mula ia mengetahui tentang keberadaan Diklat Merden Indonesia. Ia menuturkan bahwa ia mengetahui Diklat Merden dari Sahabatnya kurang lebih tiga tahun lalu, dari informasi itu kemudian ia melakukan browsing di internet tentang keberadaan Diklat Merden. Setelah merasa yakin kemudian beliau berkunjung ke Diklat Merden. Setelah mendapat informasi yang akurat tentang Diklat Merden dari H.Rokhman Supriyadi, SE. ia mantap untuk memasukan anaknya ke Diklat Merden.
Berbeda dengan Jatmiko, Muhammad Yusuf, Wali murid dari Chaerul Amri Febriansyah(2007) asal Bekasi menuturkan awal mula ia mengetahui keberadaan diklat Merden dari teman anaknya yang telah lebuh dulu masuk ke Diklat Merden. ” Saya mengetahui keberadaan Diklat Merden dari anak saya, dia mendapat cerita dari teman sekolahnya yang telah lebih dulu masuk sini, dan si anak juga memang mempunyai keinginan sendiri masuk sini ” jelas Muhammad Yusuf. Ia juga menceritakan kalau ia telah menyekolahkan anaknya ke SSB sejak anak umur 6 tahun.
Menurut Jatmiko, Diklat Merden sangat berbeda dengan akademi atau SSB di luar sana yang hanya mementingkan aspek sepak bola saja. ” Di sini, Di Diklat Merden, anak tidak hanya diajari skill bermain sepakbola dengan baik saja, tapi mereka juga dibekali ilmu agama yang kuat” paparnya
“SSB di bekasi atau di jakarta memang banyak tetapi porsi latihannya hanya 3x seminggu, banyk akademi yang biaya masuknya cukup tinggi tapi porsi latihannya jauh di bawah dari yang ada disini, itulah yang membuat kami senang mendaftarkan anak kami disini, disamping itu, disini pendidikan agama mereka juga diutamakan, dan untuk itu kami berterimakasih banyak kepada management Diklat Merden karena sudah memberikan pendidikn tidak hanya dari segi sepakbola saja tapi juga dari segi kepribadian dan agama.” Ucap Muhammad Yusuf menambahi.
“Setelah anak saya masuk Diklat Merden, kurang lebih 1 semester ini, banyak perkembangan yang sangat signifikan, diantaranya dari segi akhlak anak semakin baik, dari skill bermain sepakbola, mental dan spiritual juga semakin baik , itu membuat kami merasa bahagia, dan dimasa depan nanti tidak hanya skill bola yang dibutuhkan tapi dari segi keilmuan juga harus mumpuni“. terang Jatmiko.
“Sama seperti orang tua yang lain, kami sangat berterimakasih karena anak kami sudah di bekali dan diajari sopan-santun, sehingga kitapun sebagai orang tua sudah tidak begitu khawatir lagi kalau nanti anak kita terjun dimasyarakat, karena disini sudah diajarkan bagaimana bersikap kepada orang yang lebih tua maupun sesama teman dan lingkungan.” tutur Muhammad Yusuf menambahkan.
Menurut Muhammad Yusuf Metode dan porsi latihan Diklat Merden sudah bagus dan pas. “Gaya melatih Diklat Merden berbeda dengan SSB lain yang pernah ia temui. Kalau di SSB lain pelatih selalu berteriak ini itu, Kalau di Diklat Merden, siswa di biarkan berkreasi di lapangan untuk beberapa saat, tanpa teriakan ini itu dari pelatih, baru setelah jeda, pelatih memberikan arahan tentang teknik dan cara-cara yang baik dan benar. Itulah bedanya antara Diklat Merden dengan SSB diluar sana dari segi latihan.” terang Muhammad Yusuf.
Menurut Jatmiko dari segi latihan, Diklat Merden sudah cukup bagus karena ada akademi lain di dekat rumahnya yang biayanya lebih mahal tapi perkembangannya anak didiknya jauh di bawah dari anaknya yang ada di Diklat Merden.
Menyoal biaya Di Diklat Merden, Muhahammad Yusuf berpendapat bahwa biaya di Diklat Merden cukup terjangkau,lebih murah di banding di SSB lain.
“Biaya di Diklat Merden terjangkau, di lihat dari segi biaya saya rasa ini sudah sangat murah, sesuai dengan apa yg kita dapat. Kalau diluar sana, di daerah jakarta atau Bekasi sekolah yang sudah berlabel akademi/SSB yang latihannya hanya 3x seminggu itu biaya masuknya sudah tinggi. Disini Biaya lebih murah, porsi latihan lebih banyak, kami sngat berterimakasih dengan adanya Diklat Merden Indonesia, Walaupun mungkin kami dari jauh tapi karena disini tidak hanya di didik bermain sepakbola tetapi di bekali ilmu agama yang kuat. itulah nanti bekal mereka untuk terjun dimasa depan, maka tidak salah kalau Diklat Merden disebut diklat sepakbola rasa pesantren.karena sangat jarang sekali di jaman sekarang ada akademi sepakbola seperti Diklat Merden yang memperhatikan dan mengutamakan aspek agama.” ungkap Muhammad Yusuf dengan tegas.
“Apa yang dilakukan oleh Diklat Merden sudah sesuai dengan apa yang kita harapkan, faktanya sejak anak kami di masukan kesini banyak perubahan yang signifikn baik itu segi mental, spiritual dan skill sepakbola, jadi menurut saya Diklat Merden ini memang cocok, tepat dan pantas disebut Diklat sepkbola rasa pondok pesantren, itu yang saya rasakn karena anak-anak disini tidak hanya dilatih skill sepakbola tapi juga agama, leadershipnya, pergaulan dan sosialisasi dengan lingkungn, itu sudah cukup bagus.” jelas Jatmiko
Begitulah mayoritas orang tua wali murid bercerita dan berpendapat tentang Diklat Merden. Mereka sangat senang, bangga dan bersyukur karena dapat menyekolahkan anaknya di Diklat Merden. Tak lupa mereka juga berterimakasih kepada Management Diklat Merden karena Diklat Merden tidak hanya mengutamakan skill sepakbola saja tapi juga memperhatikan dan mengedepankan soal agama, mental, Leadership dan akhlak siswa.